The school library is the heart of the school, which itself
has learning at its core and good libraries can empower the learner. The
resources in a library can allow our imaginations to run free, introduce us to
new experiences and promote access to knowledge and enjoyment. (School Library: Making a difference, DfES, 2004)
Untuk
menjadikan perpustakaan sebagai jantung sekolah memerlukan komitmen yang kokoh
dari seluruh sivitas academica sekolah yaitu kepala sekolah, guru,
pustakawan, dan apabila sekolah (biasanya sekolah swasta) berada di bawah
naungan yayasan, juga meminta komitmen dari pengurus yayasan. Mereka semua
harus memiliki persepsi dan paradigma yang sama tentang pentingnya perpustakaan
dalam pendidikan.
Ada
tiga fase untuk membangun sebuah perpustkaan sekolah yang ideal, yaitu
leveling, upgrading, dan improvement
A.
Fase Leveling
- Penyediaan infrastruktur
a. Lokasi dan Ruang
Perpustakaan adalah sebuah pusat
kegiatan dan pusat belajar, oleh karena itu harus memungkinkan untuk dapat
mengakomodasi berbagai macam aktivitas instruksional pada waktu yang bersamaan.
Selain ruang baca utama,
tempat-tempat khusus yang mesti ada di perpustakaan adalah sebagai berikut:
- Ruang
referensi (reference area)
- Ruang
bercerita (booktalking/storytelling area)
- Ruang
komputer (computer/technology area)
- Ruang
kelas (instructional/classroom area)
- Ruang
santai (quiet study/recreational reading area)
- Ruang
produksi ( multimedia production area)
- Ruang
pengolahan bahan pustaka (storage/processing workroom).
Akan lebih baik apabila perpustakaan
memiliki ruang seminar atau konferensi serta ruang kepanitiaan yang bisa
menjamin privasi. Papan pengumuman/ informasi serta ruang pamer (display)
sangat penting sebagai media informasi untuk menampilkan program-program
perpustakaan.
Beberapa pertimbangan (standar) yang
harus dipenuhi dalam membangun infrastruktur perpustakaan sekolah:
- lokasi
terpusat atau sentral, usahakan berada di lantai dasar
- akses
dan kedekatan, dekat semua kawasan pengajaran
- pengawasan
dan keamanan yang baik
- faktor
kebisingan, paling sedikit di perpustakaan tersedia beberapa bagian yang
bebas dari kebisingan dari luar
- pencahayaan
yang baik dan cukup, baik lewat jendela maupun lampu penerangan. Dengan
catatan cahaya tidak membuat silau dan sinar matahari tidak langsung
- dekorasi
cat yang menyejukan dan tidak membuat silau
- Sirkulasi
udara yang baik
- suhu
ruangan yang tepat (misalnya, adanya pengatur suhu ruangan ataupun
ventilasi yang mencukupi, dianjurkan suhu ruangan sekitar 22 drajat
Celcius dan kelembapan 45-50%) untuk menjamin kondisi bekerja yang baik
sepanjang tahun di samping preservasi koleksi
- disain
yang sesuai guna memenuhi kebutuhan penderita cacad fisik
- ukuran
ruang yang cukup untuk penempatan koleksi buku, fiksi dan non-fiksi, buku
sampul tebal maupun tipis, suratkabar dan majalah, sumber non-cetak serta
penyimpanannya, ruang belajar, ruang baca, ruang komputer, ruang pameran,
ruang kerja tenaga dan meja perpustakaan
- fleksibitas
untuk memungkinkan keserbaragaman kegiatan serta perubahan kurikulum dan
teknologi pada masa mendatang
- ruang
baca mampu menampung 10 persen dari jumlah siswa
- luas
ruang diskusi: 2/3 x 10 persen x jumlah siswa x 1,5 meter persegi
- ruang belajar: 2/9 x 10% x jumlah siswa x 2 meter persegi
- ruang membaca santai: 1/9 x 10% x jumlah siswa x 1 meter
persegi
- ruang koleksi buku.Luas ruangan: jumlah eksemplar buku/400 x
1 meter (Sudah termasuk jarak antar-rak)
- ruang Penerbitan Berkala. Luas ruangan: jumlah eksemplar/76 x
1 meter persegi
b. Perabot dan Peralatan
Disain perpustakaan sekolah memainkan peran utama menyangkut
bagaimana perpustakaan melayani sekolah. Penampilan estetis perpustakaan
sekolah memberikan rasa nyaman dan merangsang komunitas sekolah untuk
memanfaatkan waktunya di perpustakaan.
Perpustakaan sekolah yang dilengkapi secara tepat hendaknya
memiliki karakteristik sebagai berikut:
- rasa
aman
- pencahayaan
yang baik
- didisain
untuk mengakomodasi perabotan yang kokoh, tahan lama dan fungsional,
serta memenuhi peryaratan ruang, aktivitas dan pengguna perpustakaan
- didisain
untuk menampung persyaratan khusus populasi sekolah dalam arti cara
paling restriktif.
- didisain
untuk mengakomodasi perubahan pada program sekolah, program pengajaran,
serta perkembangan teknologi audio, video dan data yang muncul.
- didisain
untuk memungkinkan penggunaan, pemeliharaan serta pengamanan yang sesuai
menyangkut perabotan, peralatan, alat tulis kantor dan materi.
- dirancang
dan dikelola untuk menyediakan akses yang cepat dan tepat waktu ke aneka
ragam koleksi sumber daya yang terorganisasi.
- dirancang
dan dikelola sehingga secara estetis pengguna tertarik dan kondusif dalam
hiburan serta pembelajaran, dengan panduan dan tanda-tanda yang jelas dan
menarik
IFLA (International Federation
Library Association) membuat standar yang mesti dipernuhi oleh perpustakaan
sekolah, diantaranya adalah koleksi buku yang sesuai hendaknya menyediakan
sepuluh buku per murid. Sekolah terkecil hendaknya memiliki paling sedikit
2.500 judul materi perpustakaan yang relevan dan mutakhir agar stok buku
berimbang untuk semua murid. Paling sedikit 60% koleksi perpustakaan terdiri
dari buku nonfiksi yang berkaitan dengan kurikulum.
Di samping itu, perpustakaan sekolah
hendaknya memiliki koleksi untuk keperluan hiburan seperti novel populer,
musik, dolanan, komputer, VCD, majalah dan poster
Materi semacam itu dipilih—selain
oleh guru, kepala sekolah, dan pustakawan—juga bekerja sama dengan murid agar
koleksi perpustakaan mencerminkan minat dan budaya mereka, tanpa melintasi
batas wajar standar etika.
3. Pengelola perpustakaan (SDM)
Pustakawan sekolah adalah tenaga
kependidikan berkualifikasi serta profesional yang bertanggung jawab atas
perencanaan dan pengelolaaan perpustakaan sekolah, didukung oleh tenaga yang
mencukupi, bekerja sama dengan semua anggota komunitas sekolah dan berhubungan
dengan perpustakaan umum dan lain-lainnya. Pade fase awal cukup diperlukan
pustakawan yang memiliki keterampilan dasar perpustakaan, seperti berikut:
- Administrasi
bahan pustaka (mulai dari stampling sampai pada shelfing)
- Klasifikasi
- Katalogisasi
- Sirkulasi
- Adminstrasi
anggota
- Statistik sirkulasi
Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Perpustakaan ini dirancang khusus untuk membantu perpustakaan dalam menjawab
tantangan yang dihadapi dalam upaya peningkatan pelayanan dan menjalankan
fungsinya sebagai “jantung sekolah”.
Selain sebagai sistem informasi
perpustakaan, program ini juga dapat menjadi pangkalan data. Sehingga
memudahkan siapapun yang terhubung ke jaringan untuk mencari pustaka yang
sesuai dengan keinginan sekaligus mendownload data–data yang memang boleh
diambil tanpa perlu datang langsung ke perpustakaan. Secara
garis besar fitur SIM Perpustakaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Pendataan koleksi perpustakaan
- Pengaturan koleksi, pencetakan barcode, pencetakan
bibliografi, katalog pengarang, katalog judul, katalog subyek, label dan
lain-lain.
- Pengaturan anggota perpustakaan, koleksi yang dapat
dipinjam, lama peminjaman, maksimal peminjaman, dan pembuatan kartu
anggota
- Peminjaman dan pengembalian koleksi perpustakaan
- Usulan pengadaan koleksi, proses pengadaan koleksi, data
vendor pengadaan, data pembandingan harga, anggaran serta desiderata
pengadaan koleksi.
- Laporan statistik penggunaan koleksi, pengunjung
perpustakaan, statistik pengadaan koleksi dan lain-lain
- Pembuatan kartu bebas pustaka dan lain-lain
Seluruh fitur tersebut saling berkaitan satu sama lain, sehingga tidak perlu
melakukan proses yang tidak perlu secara berulang-ulang serta memudahkan dalam
pengelolaan perpustakaan
B. Fase Upgrading :
1.
Pelatihan Pustakawan Tingkat Lanjut
Fase ini lebih menekankan pada peningkatan kualitas
pengelola perpustakaan dan mulai membuat landasan untuk pengembangan koleksi.
Untuk itu perlu diadakan pelatihan tingkat lanjut untuk para pengelola
perpustakaan (pustakawan) supaya memiliki keterampilan berikut:
- · melatih cara penggunaan perpustakaan
- · melatih pengetahuan dan keterampilan informasi
- · membantu murid dan guru mengenai penggunaan sumberdaya perpustakaan dan teknologi informasi
- · menjawab pertanyaan referensi dan informasi dengan menggunakan berbagai materi yang tepat
- · mempromosikan program membaca dan kegiatan budaya
- · mempromosikan jasa perpustakaan sebagai bagian dari sistem sekolah secara menyeluruh
- · membangun kemitraan dengan perpustakaan lain dan juga dengan organisasi di luar sekolah
- · merancang dan mengimplementasi anggaran
- · mendisain perencanaan strategis
- · menganalisis sumber dan kebutuhan informasi komunitas sekolah
- · memformulasi dan mengimplementasi kebijakan pengembangan jasa perpustakaan
- · mengembangkan kebijakan dan sistim pengadaan sumberdaya perpustakaan
2. Promosi
perpustakaan
Pada fase ini juga
mulai dilakukan promosi perpustakaan terutama kepada guru dan murid. Promosi
dapat dikerjakan dengan mengadakan pelatihan singkat (short course) dengan
tujuan utama menumbuhkan kesadaran dan meningkatkan motivasi untuk membaca.
3. Pengembangan
Koleksi
Promosi harus
diimbangi dengan ketersediaan koleksi yang memadai, untuk itu perlu dilakukan
pengembangan koleksi. Pengambangan dapat dilakukan dengan pembelian atau
mengadakan kemitraan dengan sekolah lain atau organisasi di luar sekolah.
Upgrading koleksi juga dilakukan untuk menjaga stabilitas antusiasme murid pada
buku yang biasanya tumbuh pada awal didirikannya perpustakaan.
C. Fase Improvement
1.
Integrasi Perpustakaan dan Kurikulum
Pada tahap ini perpustakaan
sudah benar-benar terintegrasi dengan sekolah. Pada fase ini mulai dimasukan
pembelajaran perpustakaan (library skill) pada kurikulum sekolah
sebagai muatan lokal (mulok). Peran perpustakaan sekolah akan
menjadi signifikan dalam pembelajaran di sekolah (dalam sistem belajar
mengajar):
· Perpustakaan berubah dari hanya berperan sebagai
“layanan penunjang” (supportive services) menjadi mitra proses
pembelajaran.
· Perpustakaan berubah dari penyedia informasi
tercetak menjadi koleksi multimedia dinamis yang menyediakan informasi lengkap
yang berhubungan kegiatan kurikulum.
Dengan melihat
perubahan di atas maka pustakawan akan terlibat aktif dalam pembelajaran di
sekolah. Selama fokus pendidikan telah beranjak dari produk pembelajaran
kepada proses pembelajaran yang akan menghasilkan outcome maka
tugas, fungsi dan dedikasi pustakawan akan semakin besar peranannya.
Di bawah ini adalah
gambar tiga pilar utama dalam pendidikan di sekolah modern yang menggambarkan
pola hubungan antara kepala sekolah, guru, dan pustakawan sekolah.
KEPALA SEKOLAH
Visi misi Reading ability
Infrastruktur
Reading habit
Information literacy
GURU PUSTAKAWAN
literatur + bahan ajar
(sumber informasi)
Peran utama
pustakawan adalah ikut aktif dalam mengisi tujuan dan misi sekolah termasuk
prosedur evaluasi. Bersama-sama kepala sekolah dan guru, pustakawan terlibat
dalam pengembangan perencanaan dan implememtasi kurikulum. Pustakawan dituntut
untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal penyediaan informasi dan
mampu menemukan solusi dari setiap problematika informasi dan juga dituntut
sebagai seorang ahli yang mampu memenuhi kebutuhan komunitas sekolah.
2.
Pengembangan Program dan Kegiatan
Program yang dibuat
oleh perpustakaan sekolah merupakan bagian yang sangat penting untuk membentuk
siswa menjadi pembelajar seumur hidup. Program yang dibuat ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan belajar siswa, membantu mereka untuk menjadi pemikir
bebas dan problem solvers, serta membantu mereka menjadi cinta
membaca. Mereka juga dimotivasi untuk menjadi pengguna informasi yang efektif
dan penghasil informasi yang produktif. Beberapa program yang dapat dilakukan
di antaranya adalah:
3. Gerakan
Cinta Membaca di Sekolah
Menumbuhkan minat baca adalah sebuah proses yang memerlukan waktu panjang. Banyak faktor yang harus dilibatkan salah satunya adalah melalui pembiasaan yang dimulai dari masa kanak-kanak. Misalnya dapat dimulai dengan kegiatan pemilihan duta pustaka, lomba resensi, pameran, mendatangkan penulis, ilmuwan, membentuk klub buku atau klub baca, dll.
Menumbuhkan minat baca adalah sebuah proses yang memerlukan waktu panjang. Banyak faktor yang harus dilibatkan salah satunya adalah melalui pembiasaan yang dimulai dari masa kanak-kanak. Misalnya dapat dimulai dengan kegiatan pemilihan duta pustaka, lomba resensi, pameran, mendatangkan penulis, ilmuwan, membentuk klub buku atau klub baca, dll.
4. Mendongeng
(storytelling)
Program
storytelling atau mendongeng ini sangat penting untuk dilakukan di perpustakaan
sekolah karena secara tidak langsung ada hubungan antara moral sebuah cerita
dengan perilaku anak-anak. Kalau kita cermati buku-buku best seller di bidang
pengambangan diri dan motivasi, kita akan jumpai kesamaan tentang perlunya
orang mempunyai mimpi, pikiran positif, pembangkitkan kemampuan bawah sadar,
yang lalu terwujud dalam tindakan.
Dengan melalui
kegiatan mendongeng (storytelling) yang baik, benar, dan tidak
menggurui, anak-anak dapat terdorong untuk berimajinasi, mengidentifikasi
dirinya sebagai tokoh dalam dongeng, termasuk melakukan hal-hal yang menjadi
pesan dari dongeng itu.
5. Literasi
Informasi
Literasi informasi
adalah kemampuan mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, mengorganisasi dan
menghasilkan secara efektif, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi untuk
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi, literasi informasi juga menjadi
prasyarat untuk dapat berperan serta secara efektif dalam masyarakat informasi,
serta merupakan keniscayaan untuk menjadi pembelajar seumur hidup
Melalui pengajaran
literasi informasi peserta didik akan diajarkan pada sebuah metode untuk
menelusri informasi dari berbagai sumber informasi yang terus berkembang,
bagaimana cara mengelolanya, seperti apa cara menilai dan bagaiamana cara
menggunakan serta mengkomunikasikannya. Karena tidak akan ada seorang pun pada
zaman sekarang ini yang mampu untuk mengikuti semua informasi yang ada.
Beradasarkan catatan menunjukkan bahwa sekarang ini perkantoran saja
menghasilkan 2,7 miliar dokumen pertahun dan satu juta publikasi diterbitkan
setiap tahun.
Literasi informasi
merupakan survival skill untuk menyongsong abad 21, bekal sukses dalam
belajar dan lebih kompetitif dalam persaingan kerja, serta membuat keputusan
yang baik dalam hidup.
Konsekuensi bagi
pustakawan dalam memasuki fase ketiga ini adalah dia dituntut harus memiliki
kualitas dan keterampilan mendasar yang didefinisikan sebagai berikut:
- · Kemampuan berkomunikasi secara positif dan terbuka dengan anak dan orang dewasa
- · Kemampuan memahami kebutuhan pemustaka (pengguna perpustakaan)
- · Kemampuan bekerja sama dengan perorangan serta kelompok di dalam dan di luar komunitas sekolah
- · Memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai keaneka-ragaman budaya
- · Memiliki pengetahuan mengenai metodologi pembelajaran dan teori pendidikan
- · Memiliki ketrampilan informasi serta bagaimana menggunakannya
- · Memiliki pengetahuan mengenai bahan pustaka untuk membangun koleksi perpustakaan serta bagaimana mengaksesnya
- · Memiliki pengetahuan mengenai bacaan anak, media, dan kebudayaan
- · Memiliki pengetahuan serta keterampilan di bidang manajemen dan pemasaran
- · Memiliki pengetahuan serta keterampilan di bidang teknologi informasi
- · Memiliki keahlian finansial dan manajemen
- · Gemar membaca
- · Memiliki keahlian mengajar
- · Memahami proses penelitian
- · Memiliki pengetahuan kurikulum sekolah
- · Memiliki kemampuan bekerja dengan seluruh murid dan guru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar